Sabtu, 17 September 2011

KEBUDAYAAN DALAM ERA MODERNISASI (Suatu Tinjauan Pada Acara Adat Jalang Menjalang di Desa Kabun)




Oleh:

M. Sanusi
A. Kebudayaan
        Istilah kebudayaan sering kali dikaitkan atau bahkan saling tumpang tindih dengan istilah Culture, dan atau peradaban (Civilization). ada sementara ahli yang menganggap bahwa istilah culture memiliki nuansa arti yang berbeda dengan kebudayaan, sehingga tetap berpegang teguh bahwa kebudayaan dengan adalah dua pengertian yang berbeda.
      Menurut Koentjaraningrat (bapak antropologi hukum Indonesia). kata kebudayaan berasal dari kata Sansekerta buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi yang berarti "budi" atau "kekal".
Culture adalah kata asing yang berasal dari kata dalam bahasa latin colere (yang berarti "mengolah", "mengerjakan", dan terutama berhubungan dengan pengolahan tanah atau bertani), memiliki makna yang sama dengan kebudayaan, yang kemudian berkembang maknanya menjadi "segala daya upaya serta tindakan manusia untuk mengolah tanah dan mengubah alam.
       Peradaban dalam bahasa inggrisnya adalah civilization, seringkali dipakai untuk menyebut bagian-bagian serta unsur-unsur yang halus, maju, indah, seperti misalnya kesenian, ilmu pengetahuan, adat sopan santun, serta pergaulan kepandaian menulis, organisasi bernegara, dan lain-lain.
      Menurut Koentjaraningrat (1996; 80), dalam menganalisa suatu kebudayaan, seorang ahli antropologi membagi seluruh kebudayaan yang sudah terintegrasi kedalam unsur-unsur besar yang disebut "unsur-unsur kebudayaan universal" Kluckhohn (dalam Koentjaraningrat. 1996; 80-81), mengemukakan bahwa terdapat tujuh unsur kebudayaan yang dapat ditemukan pada semua bangsa di dunia yang disebut sebagai isi pokok dari setiap kebuadayaan, yaitu:
1. bahasa
2. sistem organisasi
3. organisasi sosial
4. sistem peralatan hidup dan teknologi
5. sistem mata pencaharian hidup
6. sistem religi
7. kesenian.

B. Modernisasi
        Di era modernisasi dan globalisasi ini, bangsa-bangsa di dunia tidak dapat menutup diri dari pergaulan dengan bangsa-bangsa lain. Pergaulan itu membawa pengaruh bagi bangsa yang berinteraksi. 
1. Pengertian Modernisasi 
        Modernisasi diartikan sebagai perubahan-perubahan masyarakat yang bergerak dari keadaan yang tradisional atau dari masyarakat pra modern menuju kepada suatu masyarakat yang modern. Pengertian modernisasi berdasar pendapat para ahli adalah sebagai berikut:
  • Widjojo Nitisastro, modernisasi adalah suatu transformasi total dari kehidupan bersama yang tradisional atau pramodern dalam arti teknologi serta organisasi sosial, ke arah pola-pola ekonomis dan politis.
  • Soerjono Soekanto, modernisasi adalah suatu bentuk dari perubahan sosial yang terarah yang didasarkan pada suatu perencanaan yang biasanya dinamakan social planning. (dalam buku Sosiologi: suatu pengantar) 

         Dengan dasar pengertian di atas maka secara garis besar istilah modern mencakup pengertian sebagai berikut.
  • Modern berarti berkemajuan yang rasional dalam segala bidang dan meningkatnya tarat penghidupan masyarakat secara menyeluruh dan merata.
  • Modern berarti berkemanusiaan dan tinggi nilai peradabannya dalam pergaulan hidup dalam masyarakat.

Soerjono Soekanto mengemukakan bahwa sebuah modernisasi memiliki syarat-syarat tertentu, yaitu sebagai berikut.
  • Cara berpikir yang ilmiah yang berlembaga dalam kelas penguasa ataupun masyarakat.
  • Sistem administrasi negara yang baik, yang benar-benar mewujudkan birokrasi.
  • Adanya sistem pengumpulan data yang baik dan teratur yang terpusat pada suatu lembaga atau badan tertentu.
  • Penciptaan iklim yang menyenangkan dan masyarakat terhadap modernisasi dengan cara penggunaan alat-alat komunikasi massa.
  • Tingkat organisasi yang tinggi yang di satu pihak berarti disiplin, sedangkan di lain pihak berarti pengurangan kemerdekaan.
  • Sentralisasi wewenang dalam pelaksanaan perencanaan sosial. 


2. Dampak Modernisasi terhadap Perubahan Sosial dan Budaya
a. Dampak Positif
           Dampak positif modernisasi dan globalisasi tersebut sebagai berikut.
  • Perubahan Tata Nilai dan Sikap . Adanya modernisasi dan globalisasi dalam budaya menyebabkan pergeseran nilai dan sikap masyarakat yang semua irasional menjadi rasional.
  • Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi masyarakat menjadi lebih mudah dalam beraktivitas dan mendorong untuk berpikir lebih maju.
  • Tingkat Kehidupan yang lebih Baik. Dibukanya industri yang memproduksi alat-alat komunikasi dan transportasi yang canggih merupakan salah satu usaha mengurangi penggangguran dan meningkatkan taraf hidup masyarakat.

b. Dampak Negatif
           Dampak negatif modernisasi dan globalisasi adalah sebagai berikut.
  • Pola Hidup Konsumtif. Perkembangan industri yang pesat membuat penyediaan barang kebutuhan masyarakat melimpah. Dengan begitu masyarakat mudah tertarik untuk mengonsumsi barang dengan banyak pilihan yang ada.
  • Sikap Individualistik. Masyarakat merasa dimudahkan dengan teknologi maju membuat mereka merasa tidak lagi membutuhkan orang lain dalam beraktivitasnya. Kadang mereka lupa bahwa mereka adalah makhluk sosial.
  • Gaya Hidup Kebarat-baratan. Tidak semua budaya Barat baik dan cocok diterapkan di Indonesia. Budaya negatif yang mulai menggeser budaya asli adalah anak tidak lagi hormat kepada orang tua, kehidupan bebas remaja, dan lain-lain.
  • Kesenjangan Sosial. Apabila dalam suatu komunitas masyarakat hanya ada beberapa individu yang dapat mengikuti arus modernisasi dan globalisasi maka akan memperdalam jurang pemisah antara individu dengan individu lain yang stagnan. Hal ini menimbulkan kesenjangan sosial.


C. Salah Satu Kearifan Lokal Indonesia Yang Masih Bertahan Di Era Modernisasi

           Di masa yang serba modern saat ini, apakah segala hal yang mengandung masa lalu (tradisi) masih diperlukan? Tentu tidak mudah untuk menjawab pertanyaan yang demikian. Di satu sisi, masyarakat harus menyesuaikan diri dengan kondisi zaman yang senantiasa mengalami perkembangan, bahkan begitu pesat pergerakannya. Sementara di lain sisi, masyarakat tidak lahir dari budaya yang kosong.
Namun, tidak dapat pula dibantah bahwa kearifan tradisi kerap pula diabaikan masyarakat modern. Segala hal yang sangkut-menyangkut dengan tradisi dianggap sekedipan mata. Padahal, ibarat pakaian, tentu budaya masa lampau tidak serta merta harus dikenakan secara terus-menerus. Dengan kata lain, masa lampau (tradisi) adalah harus tetap dilestarikan.
             Salah satu contoh dari sekian banyak Masyarakat Adat yang ada di Indonesia, Penulis mengambil potret dar Masyarakat Adat yang ada di salah satu Desa yang berada di Kabupaten Rokan Hulu Provinsi Riau, yaitu Desa Kabun. Masyarakat Desa Kabun, Keacamatan Kabun, Kabupaten Rokan Hulun, Riau, sejak dari dahulu kala, setiap tahun tepatnya pada Hari Raya Idul Fitri selalu mengadakan serangkaian Acara Adat yang dinamakan dengan Jalang Menjalang dan ini terus berlangsung hingga saat ini. berikut ini salah satu foto arak-arakan (iring-iringan) Jalang Menjalang dan foto Ninik Mamak Pemangku Adat (pucuk adat dan datuk-datuk kepala suku) 




     
            Acara Adat Jalang Menjalang ini biasanya dilaksanakan pada hari kedua idul fitri. acara yang ada di daerah Riau khususnya Rokan Hulu ini bisa dikatakan hanya beberapa daerah yang masih mempertahankan dan membudayakannya, padahal itu merupakan kekayaan budaya bangsa yang harus tetap dipertahankan. Prosesi Acara Adat Jalang Menjalang diawali pada pukul 08.00 WIB yang diikuti oleh Ninik Mamak, tokoh masyarakat,alim ulama dan anak kemanakan, titik awal dimulainya acara yaitu dari salah satu rumah anak kemanakan yang telah disepakati bersama antara datuk kepala suku menuju rumah tiap-tiap rumah soko datuk kepala suku yaitu terdiri dari:
Datuk paduko rajo 
Datuk paduko tuan
Datuk majo kayo
Datuk majoendo
Datuk jalelo
Datuk nuanso
Datuk pucuk adat 
       Selain itu yang menjadi tempat tujuan acara ini juga termasuk kantor kepala desa, serta diakhiri di mesjid. Dalam prosesi acaranya ada beberapa orang perempuan yang membawa makanan-makanan ringan lebaran yang diletakkan dalam Jambau (tempat makanan-makanan ringan yang diletakkan di atas kepala), yang nantinya akan dihidangkan kepada peserta acara disetiap tempat yang disinggahi, serta para Ninik mamak, tokoh masyarakat, alim ulama dan anak kemanakan yang beriringan mengucapkan pujia-pujian kepada Allah SWT, yang diucapkan dalam bentuk dikiuw (bahasa daerah) atau kata lainnya Dzikir, badikiuw (berdzikir) ini diiringi dengan alat musik yang dinamakan Gobano (jenis alat musik yang hampir sama dengan rebana), yang dimainkan dengan cara di pukul.
       Peserta acara yang berbentuk rombongan akan berjalan dari tempat awal menuju rumah masing-masing ninik mamak, kantor kepala desa, dan mesjid. Perempuan yang membawa jambau merupakan barisan yang paling depan yang berbaris memanjang, kemudian dibelakangnya barulah diikuti oleh iringan dikiuw (dzikir) yang dilantunkan oleh para Ninik Mamak dan peserta lainnya. Di setiap rumah / tempat yang disinggahi oleh rombongan peserta akan dilakukan penghidangan makanan oleh para perampuan yang membawa jambau, dilanjutkan dengan kata sambutan dari ninik mamak yang merupakan kepala suku dari rumah soko anak kemenakan tersebut, kalau di kantor desa, kata sabutannya dari Kepala desa, dan di Mesjid kata sambutannya dari para alim ulama. Pada saat yang sama juga dilakukan adu silat yang dilakukan oleh anak kemenakan yang memberikan hiburan kepada para pengunjung.
     Kemudian rangkaian acara adat jalang menjalang ditutup di tempat tujuan akhir yaitu di Mesjid Almuawwanah Desa Kabun, dalam prosesi acara adat tersebut nuansa Islaminya sangat kental. hal ini selaras dengan pepatah adat yaitu : "Adat basandi syara', syara' basandi Kitabullah", yang bermaksud, adat di Desa Kabun bersendi pada hukum Islam dan hukum Islam bersendikan pada Al Qur'an.

D. Kesimpulan 
      Berbicara kebudayaan dalam era modernisasi, mungkin yang terlintas di pikiran kita adalah pengaruh modernisasi itu sendiri bagi kebudayaan. menurut hemat Penulis hal ini sangat bergantung dengan bagaimana kita memandangnya. Ada dua pandangan yang berbeda disini. satu pihak orang memandang perlu ada perubahan-perubahan dalam sebuah kebudayaan agar mampu menjawab kebutuhan zaman. Sementara di lain pihak ada pandangan bahwa budaya tidak boleh berubah atau harga mati.
     Walaupun demikian menurut penulis tidak selalu modernisasi itu berdampak negatif terhadap kelangsungan suatu kebudayaan, salah satu contoh misalnya Dalam sebuah pelestarian. Modernisasi memberikan manfaat yang cukup positif bagi sebuah pelestarian kebudayaan. Ada file-file dan rekaman-rekaman yang tersimpan dengan baik dan ada benda-benda atau komoditi utama dalam sebuah kebudayaan tersebut yang juga terawat dengan sistem dan mekanisasi yang tidak ada dalam budaya tersebut (sistem dan mekanisasi terbaru/modern).
     Kita sebagai bangsa yang kaya akan nilai-nilai budayanya sudah merupakan kewajiban kita untuk menjaga dan melestarikan budaya tersebut, bukan mempermasalahkan modernisasi itu sendiri karena bagaimana pun juga baik buruknya baik buruknya modernisasi itu sendiri tergantung pada manusianya.  Dan untuk Masyarakat Adat yang masih menjalankan Hukum Adat dan acara-acara adatnya, tetap dipertahankan. Serta harapannya kedepan bagi Masyarakat Kabun, hendaknya acara adat Jalang Menjalang tersebut masih tetap dilestarikan, agar salah satu aspek kekayaan bangsa ini tetap terjaga. Karena acara seperti ini membawa misi yang sangat mulia yaitu tetap terjalinnya ukkuwah silaturrahmi antar sesama muslim.

Sumber:
Koentjaraningrat, 1996, Pengantar Antropologi, Rineka Cipta
Koentjoroningrat, 1929,  Kebudayaan Mentalitet dan Pembangunan, Gramedia, Jakarta.
http://chi-lophe.blogspot.com/2008/05/definisi-modernisasi.html

5 komentar: